Minggu, 14 September 2008

Aku dan Dunia

Dunia…satu kata sejuta makna. Setiap orang akan mengartikan kata ‘dunia’ secara berbeda. Tiap orang juga akan menggunakan kata ‘dunia’ dalam konteks yang berbeda. Sering kan kita dengar istilah ‘dunia politik,’ ‘dunia hiburan,’ ‘dunia remaja,’ ‘dunia anak,’ dsbnya. Atau dunia digunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat global seperti pada istilah ‘piala dunia.’ Tulisan ini tidak bermaksud membahas kata ‘dunia’ dari segi bahasa, jadi kita sudahi saja perbincangan mengenai penggunaan kata ‘dunia’ dalam berbagai konteks.
Supaya tidak melenceng kemana-mana, aku mau mempersempit kata dunia yang aku gunakan dalam tulisan ini. Dunia yang kumaksud disini adalah dunia dimana aku hidup termasuk orang-orang di sekitarnya. Dunia dimana aku menjalani kehidupan sehari-hari dan berinteraksi dengan orang lain. Termasuk masyarakat dimana aku hidup berikut dengan norma peraturan dan segala tetek-bengek tentangnya.
Sebagai penghuni dunia kadang aku merasa kalau aku hidup dalam dunia yang berseberangan. Aku tidak selalu sepaham dengan dunia. Dunia dimana aku hidup terlalu ‘hipokrit’ dan terlalu ‘mendikte.’ Dunia dimana aku hidup adalah dunia yang sangat tidak bersahabat. Dunia yang memakai topeng dan enggan melepaskan topengnya. Dunia yang penuh kepalsuan.
Ini semua karena dunia dibentuk oleh orang-orang yang ‘hipokrit,’ orang-orang sok pintar yang merasa diri mereka paling benar. Orang-orang yang suka mendikte, suka mengatur namun tidak suka diatur dan suka ikut campur. Mereka yang hanya bisa membuat peraturan tapi tidak bisa mematuhi peraturan. Mereka yang egois namun mengaku berjiwa sosial. Mereka yang bertindak sebagai Tuhan.
Kadang aku muak dengan dunia…Aku muak dengan dunia yang ‘mendikteku.’ Memintaku menjadi seseorang yang bukan aku. Dunia yang tidak bisa menerima fakta bahwa aku ‘berbeda,’ fakta bahwa semua orang itu ‘berbeda.’ Dunia yang terlalu mengatur. Dunia yang tidak menghargai kesetaraan dan Hak Asasi Manusia.Mereka yang mengaku sebagai penjunjung HAM nyatanya hanya bisa ‘berkoar’ tapi tidak bisa menghargai HAM. Kepalsuan yang aku lihat dalam dunia ini layaknya sebuah sandiwara dengan ‘orang-orang sok berkuasa’ sebagai sutradaranya. Sungguh sangat memuakkan…
Tapi itulah dunia. Dunia yang aku hadapi, aku lihat, dan aku rasakan. Aku hanyalah satu dari sekian banyak orang yang mencoba bertahan dalam dunia ini. Aku hanyalah sesosok kecil dalam dunia yang besar. Aku tidak suka didikte, tidak suka diatur, tidak suka dikekang. Aku ingin bebas, bebas menjadi diriku sendiri, bebas memilih, bebas melakukan apa pun. Aku tidak suka orang menyampuri urusanku. Tapi sayangnya aku tidak bisa sebebas itu, karena aku hidup di ‘dunia nyata,’ Aku tidak hidup sendiri, aku hidup bersama orang lain.
Namun aku tidak menyerah. Aku akan melawan dunia jika mereka memojokkanku. Aku akan meraih kebebasanku dan menciptakan duniaku. Dunia dimana aku bisa merasa nyaman dan tak ada seorang pun yang menggangguku karena aku juga tak akan mengganggu mereka.
Jika dunia mulai memusuhiku, aku akan berlari ke duniaku. Masuk ke dalam duniaku, dan tinggal sendiri di dalamnya. Tak ada yang bisa masuk karena pintu duniaku tertutup untuk orang lain. Sayangnya itu semua hanya ada dalam khayalanku. Duniaku hanya ada dalam imajinasiku, dalam pikiranku. Aku tetap harus menghadapi dunia yang sesungguhnya walau terkadang aku memilih melarikan diri dalam duniaku…

Tidak ada komentar: