Kamis, 16 Oktober 2008

Sinetron…Oh…Sinetron

Buat orang Indonesia, sinetron pasti sudah bukan barang baru lagi. Sinetron sudah jadi makanan sehari-hari. Pagi, siang, sore, malam, sinetron selalu muncul dimana-mana. Tiap kali menyalakan tv, pasti ada sinetron yang sedang ditayangkan. Muak!!! Itulah yang aku rasain tiap kali menyalakan tv. Pengennya dapat hiburan eh malah dapat kesesatan.
Yap rasanya ngga berlebihan kalau aku bilang sinetron itu menyesatkan. Dari jaman SD sampai S1 ramuan sinetron tetap ngga berubah. Si kaya versus si miskin, perebutan harta warisan, anak hilang, hamil diluar nikah, anak yang tertukar, benci jadi cinta, gadis kaya yang sombong. Pokoknya monoton deh…Ngga kreatif…Entah karena ngga ada ide atau karena menuruti selera pasar. Tapi masak iya orang Indonesia ngga bosen sama yang namanya sinetron yang ceritanya selalu sama dengan pemain yang berbeda bahkan kadang pemainnya pun sama.
Kadang-kadang malah satu orang bisa muncul di dua sinetron yang ditayangkan dalam waktu bersamaan di dua stasiun tv yang berbeda. Parahnya lagi karakter yang dimainkan pun sama. Nah ngomong soal karakter, ada beberapa karakter yang selalu muncul dalam sinetron Indonesia, yaitu: gadis miskin yang baik hati (belakangan ketahuan kalau dia sebenarnya anak orang kaya), gadis kaya yang sombong (belakangan diceritakan kalau dia anak orang miskin), pemuda kaya yang naksir gadis miskin, pemuda baik hati yang naksir tokoh utama, gadis licik yang rela melakukan segala cara demi mendapat sang pujaan hati, ibu baik hati yang sayang keluarga, tante or bude judes yang menentang hubungan tokoh utama, ibu sadis yang ngotot nikahin anaknya sama orang kaya, bapak baik hati yang sayang anak, bapak jahat yang tega jual anaknya, bapak-bapak atau mas-mas berdasi yang ngga jelas kerjanya apa (yang penting pake dasi :P), pembantu rumah tangga yang baik hati suka nolongin majikan, pembantu jahat yang suka ikut-ikutan njahilin tokoh utama, dokter yang bisa diajak berkomplot buat rencana jahat, tokoh utama yang begonya minta ampun karena mau disiksa lahir dan batin (bukannya nglawan malah tetep mbantuin si penyiksa, emang ada orang sebodoh itu?). Wah kalau mau ditulis daftarnya, bisa panjang banget…
Kalau sinetronnya buat remaja ngga jauh beda karakternya biasanya tokoh utama kalau cewek ceroboh trus ngga cantik tapi naksir cowok cakep bin pintar (agak terpengaruh komik Jepang gitu d :P) Kalau tokoh utamanya cowok ngga jauh beda kok, cowok cupu naksir cewek popular. Pokoknya karakter-karakter di sinetron Indonesia itu hitam putih banget. Yang baik ya baik, yang jahat ya jahat banget. Padahal kan ngga ada orang yang bener-bener baik. Udah gitu perbedaan yang ditampilin selalu mencolok yang satu mobilnya BMW seri terbaru yang satu tinggal di gubuk reot. Sengaja dibikin kayak gitu buat menggali konflik yang nantinya bakal jadi jalinan cerita sinetron itu. Padahal ngga perlu nunjukin perbedaan semencolok itu untuk menggali konflik. Kalau jeli dan kreatif perbedaan kecil antar dua karakter pun bisa diolah menjadi konflik (bukannya sok tahu tapi berdasarkan kehidupan nyata aku sering lihat kok perbedaan kecil bisa jadi konflik besar, bahkan pernah mengalaminya sendiri :P).
Selain karakter yang seragam, cerita sinetron juga ngga jauh dari pakem Cinderella story yang berakhir bahagia. Emang sih semua orang mengharapkan akhir yang bahagia tapi ngga ada salahnya juga bikin akhir yang ngga bahagia. Tapi kayaknya kreator belum pede atau belum berani bikin ending yang beda. Kadang malah endingnya ngga masuk akal. Hanya karena sinetron ngga laku terus kreator buru-buru mengakhirinya tanpa peduli jalan cerita sebelumnya. Cerita langsung disederhanakan dengan mengabaikan logika. Kacau deh endingnya…
Bukannya meremehkan atau gimana tapi sinetron Indonesia itu memang tidak dibuat dengan sungguh-sungguh. Bukan cuma logika yang diabaikan, setting, kostum dan perlengkapan pendukung pun ngga diperhatikan. Apa ngga ada riset ya sebelum bikin sinetron? Masak karakternya orang miskin tapi bajunya bermerk, setting beda waktu bertahun-tahun tapi kondisi kehidupan masih sama. Di sinetron kayaknya ngga ada setting waktu, bisa kapan aja tanpa ada perubahan yang signifikan. Ketidaklogisan bukan hanya dari segi setting, kostum, dsbnya tapi juga pemilihan pemain. Pemeran ibu kadang masih berumur belasan. Anak sekolahan berperan jadi eksekutif muda berdasi. Ibu muda umur 20an jadi ibu-ibu umur 40an. Luar biasa aneh dan tidak masuk akal, tapi begitulah adanya
Pemilihan pemeran yang ‘asal’ masih ditambah akting pemain yang buruk. Akting yang berlebihan, terlalu dibuat-buat atau malah terlalu datar. Meski aku bukan kritikus film atau guru seni peran, aku bisa menilai kalau akting mereka itu buruk. Kalau marah selalu identik dengan mata melotot, urat leher keluar dan suara menggelegar. Dari mulai akting yang sok imut, sok polos (bukannya bikin simpati tapi malah bikin emosi :P) hingga akting yang sok ‘cool’ semuanya ngga ada yang beres. Paling sebel kalau lihat akting artis indo yang sok ngga bisa bahasa Indonesia. Masak ngga bisa bahasa Indonesia bisa berperan jadi orang Indonesia? Entahlah apa pertimbangannya.
Dari semua hal buruk yang ada pada sinetron kita, yang paling ngga bisa ditolerir adalah aksi jahat yang ditampilkan. Aksi jahat di sinetron kita udah mencapai tahap yang membahayakan. Anak SD udah diajari bermusuhan, bahkan kadang gara-gara rebutan pacar. Lebih buruk lagi mereka suka menjahati teman, sampai punya niat meracuni, membunuh, melenyapkan nyawa. Sangat memprihatinkan dan menjijikan!!! Bapak menjual anak, teman meracuni teman, pokoknya jahatnya orang jahat deh…Menghilangkan nyawa jadi hal yang umum di sinetron.
Kreator sinetron kadang berdalih kalau cerita mereka menggambarkan kehidupan sehari-hari atau terinspirasi kehidupan sehari-hari. Tapi apa iya masyarakat kita seburuk itu? Aku ngga mau munafik memang banyak orang jahat di Indonesia ini tapi apa yang ditampilkan sinetron masih terlalu berlebihan. Bukannya aku mau munafik dengan menampilkan hal yang baik-baik saja tapi setidaknya tampilkanlah hal-hal yang tidak menyesatkan. Sinetron sama sekali tidak menyampaikan pesan apa pun.
Anehnya dengan semua keburukan sinetron, tetap saja ia mampu membius penonton. Seburuk apapun sinetron itu tetap ada peminatnya. Entah apa yang membuat sinetron begitu diminati di Indonesia. Menurutku tidak ada hal bagus yang bisa kita dapat dari sinetron. Sama sekali tidak menghibur yang ada malah bikin jantungan dan darah tinggi karena emosi lihat aksi jahat, akting, dan kebodohan karakter utama yang mau-maunya disiksa lahir dan batin. Riwayat sinetron dari dulu sampai sekarang tetap menjemukan. Sinetron…Oh…Sinetron kubenci tapi kaunanti…:P